PW AMAN KALTIM

Berdaulat Secara Politik, Mandiri Secara Ekonomi, Bermartabat Secara Budaya

Komunitas Adat

Pengurus Daerah AMAN Kutai Barat dan Komunitas Ikut Ambil Bagian Dalam Festival Dahau

InfoAMANKaltim 24-10-2022

Dalam rangka memeriahkan Festival Dahau atau dalam rangka memeriahkan hari jadi Kabupaten Kutai Barat ke 24 Tahun. Pengurus Daerah AMAN Kutai Barat turut mengambil bagian dalam rangkaian perayaan HUT Kubar, salah satunya PD. AMAN Kubar berkoordinasi dengan Pemerintah Pelaksana kegiatan sehingga PD. AMAN Kubar mendapatkan  stand khusus untuk menampung seluruh produk yang dihasilkan komunitas yang akan di tampilkan dalam festival HUT Kubar.

salah satu komunitas yang aktif terlibat Masyarakat Adat Payakng Olau Sulikng, ikut serta berpartisipasi memeriahkan festival dahau yang diselenggarakan tanggal 23 Oktober sampai acara puncak 5 November Tahun 2023.

 

Dok,Komunitas Payakng Olau Suling dipembukaan Dahau HUT Kab.Kubar

Masyarakat Adat Payakng Olau Sulikng merupakan komunitas yang saat ini terdaftar sebagai anggota dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kalimantan Timur, sesuai hasil pengesahan RPB XXIX Tahun 2022, yang mendiami wilayah adat Payang, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat.

Mulan Miri atau yang kerap disapa Miri anggota komunitas payakng olau sulikng dan juga sebagai anggota sayap dari AMAN yaitu Perempuan AMAN saat diwawancarai via telepon menyatakan “Saat ini, Masyarakat Adat payakng olau sulikng ikut serta dalam memeriahkan festival dahau, dengan menjual berbagai macam jenis kerajinan tangan yang mereka oleh sendiri seperti pakaian adat,tumper, ulap doyo, suakng (pakaian yang terbuat dari kulit kayu), anjat (tas yang terbuat dari rotan), dan berbagai pernak-pernik khas olahan masyarakat adat payakng olau sulikng”.

Miri menambahkan, terdapat 32 masyarakat dari komunitas payakng olau sulikng yang terlibat dalam kegiatan ini. selain itu, bentuk keterlibatan ini bukan hanya sekedar perayaan semu tetapi sebagai bentuk nyata dari kemandirian dalam aspek ekonomi dari masyarakat adat.

Lanjutnya, ia ingin memperlihatkan bahwa masyarakat adat memiliki berbagai macam jenis kekayaan dalam hal kebudayaan yang tidak kalah menariknya. Miri juga ingin mengangkat kembali ingatan masa lampau yang telah hilang dan musnah, lewat berbagai jenis macam kerajinan yang mereka buat. Hal yang menarik adalah, Miri beserta anggota komunitasnya membuat kerajinan tidak menggunakan bahan-bahan yang berasal dari olahan pabrik tetapi dari bahan-bahan yang berasal dari alam sekitar wilayah adatnya. Tentu, hal ini menunjukkan keterhubungan masyarakat adat payakng olau sulikng dengan alam dan sekitarnya.

Tempat masyarakat adat payakng olau suling memajangkan hasil kerajinan tangannya, saat ini berada di lokasi 6 Lamin etnis atau yang biasa disebut sebagai Taman Budaya Sendawar yang berada di Jl. Sendawar Raya, Kec. Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat. Taman Budaya Sendawar juga tidak kalah menariknya, mengusung konsep rumah tradisional atau rumah panjang milik Suku di Kalimantan Timur, terdapat setidaknya 6  rumah panjang masing-masing milik suku dayak benuaq, suku dayak tunjung, suku dayak bahau, suku dayak kenyah, suku dayak aoheng, dan suku melayu.

Rangkaian festival dahau ini juga nantinya akan diisi oleh pemecahan rekor MURI dengan penggunaan tas anjat khas milik masyarakat suku dayak yang terbuat dari rotan.

Dalam Peraturan Bupati Kutai Barat Nomor 1 Tahun 2017 festival dahau ini memiliki asal kata dari “Dangai” dan “Engau”. Tujuan dari penyelenggaran festival dahau adalah memperingati hari jadi daerah, memajukan dan melestarikan kebudayaan daerah, meningkatkan kesadaran Pemerintah Daerah dan masyarakat terhadap kekayaan seni dan budaya lokal, sarana promosi pariwisata daerah, dan menggerakkan industri kreatif daerah. Selain itu, dalam rangkaian kegiataannya akan dilaksanakan upacara adat, festival seni budaya, olahraga tradisional, kuliner, busana khas daerah, dan pameran Pembangunan daerah.

Upacara adat yang menjadi bagian rangkaian festival dahau anatara lain Beliatn, Nalitn Tauntn, Mangosang, Mamat Bali Akang, dan Alaq Tau.

Penulis: Andreas Ongko

Editor: Saiduani Nyuk

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *