Aksi Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim(KMS) yang mengorganisir Masyarakat Adat dan Para Nelayan serta Korban Aktivitas Pembangunan IKN
Samarinda, 09/06/2024-Pekan Lingkungan Hidup 8 Juni 2024 Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Timur dan Sejumlah Masyarakat Adat Laksanakan Aksi di Kawasan Pesisir Ibu Kota Negara(IKN) baru.
Aksi yang dilakukan oleh KMS Kaltim merupakan refleksi situasi Kaltim saat ini dengan Tema:”Kaltim Darurat, Lingkungan Sekarat”.
Para peserta aksi melakukan penelusuran di pesisir sungai kawasan pesisir Teluk Balikpapan yang mengalami kerusakan berat oleh banyaknya pembangunan pelabuhan diperuntukan sandar kapal pengangkut material pembangunan Ibu Kota Negara baru tersebut, dalam aksi penelusuran terdapat banyak kawasan yang rusak telihat dari mulai dari Teluk Balikpapan sampai ke Kecamatan Sepaku sementara kawasan tersebut terdapat banyak mangrove yang rusak oleh aktivitas angkutan sungai tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. oleh sebab itu aksi dilaksanakan untuk memberi peringatan keras kepada pihak Pemerintah maupun Otoritas Ibu Kota Negara yang baru saat ini.
Masa aksi menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kondisi lingkungan yang semakin memburuk akibat aktivitas industri dan pembangunan yang tidak berkelanjutan.
Slogan-slogan menggambarkan kekhawatiran masyarakat akan keberlanjutan lingkungan hidup mereka. Mereka menuntut agar pihak berwenang segera mengambil tindakan untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut.
Yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil(KMS) Organisasi yang teregabung: Wahana Lingkungan Hidup(Walhi Kaltim), Jatam Kaltim, AMAN Kaltim, YLBHI-LBH Samarinda, Pokja 30, Pokja Pesisir dan AJI Samarinda. aksi tersebut mengajak Masyarakat Adat yang merasa terganggu atas aktivitas Pengrusakan Ekosistem perairan antara lain Komunitas Adat Balik Sepaku, Pemaluan, Maridan, Telemow, Bumi Harapan Pantai Lango, Gersik, Jenebora dan juga para komunitas Nelayan pesisir didalam aksi
Arman Jais sebagai Pemuda Adat Balik Sepaku juga turut serta dalam aksi tersebut ketika di wawancara menyampaikan terkait ia dan rombongan tergabung dengan tokoh-tokoh serta Perempuan Adat meluangkan waktu terlibat demi menyelamatkan beberapa kawasan situs sejarah mereka sebelum negara ada satu-satunya situs masyarakat adat Balik sepaku yang ada di pesisir yaitu kawasan Bakau Lemit(Bakau Kuning) yang menyimpan sejarah leluhur mereka serta satu2nya situs peninggalan yang harus di selamatkan harapannya menjadi tempat dimana mengingatkan tentang leluhur kami yang terdahulu, menurutnya selain menyimpan karbon yang sangat tinggi juga menyimpan sejarah serta bisa dijadikan pariwisata karena bakau Kuning ini sangat langka mesti dilindungi bukan malah dihancurkan untuk pelabuhan ucapnya.
Peringatan Keras juga yang di sampaikan oleh Perempuan Adat Balik Sepaku dan Pemaluan yang juga turut membentangkan Poster tuntutan, Hentikan Penghancuran Ruang Kelola Perempuan Adat serta dalam orasi Ibu Syamsiah meminta pemerintah OIKN. Segera menerbitkan SK. Penetapan Pengkuan dan perlindungan Masyarakat Adat di Kawasan IKN.
kami sudah tidak ada lagi akses ke tanah leluhur kami kami tidak bisa meramu lagi bahan-bahan obat-obatan dan juga memenuhi kehidupan yang sehat udara yang baik dan bermacam kekayaan hutan kami yang dulu menghidupkan kami, “Kami sebagai Perempuan Adat hanya bisa melahirkan manusia, namun kami tidak bisa melahirkan Tanah dan Hutan” tutupnya
Sumber Berita: Infokom AMAN Kaltim