Lamin Adat Adat Long Bagun Ulu Bukti Eksistensi Masyarakat Adat Dayak Bahau Busang Umaq Wak di Long Bagun

LAMIN ADAT LONG BAGUN SITUS SEJARAH BERDIRINYA KAMPUNG LONG BAGUN ULU

Lamin adat Dayak Bahau Busang Umaq Waq Kampung Long Bagun Ulu

Kaltim.aman.or.id. Salah satu bangunan adat yang menjadi kebanggan Komunitas Adat Dayak Bahau Busang Umaq Wak di Kampung Long Bagun Ulu di Kabupaten Mahakam Ulu, kaltim yaitu Lamin Adat Long Bagun Ulu, bagunan ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan pertemuan dn terutama semua kegiatan adat.

Dimasa lalu lamin ini menjadi tempat tinggal utama seluruh warga Long Bagun Ulu setelah pindah dari Ujoh Siro (Long Bagun Ilir) karena serangan wabah kolera. bangunan ini memanjang dengan menghubungkan semua kamar yang yang dihuni oleh warga dengan kamar hipui (Raja) ditengah dengan kamar yang lebih luas.

Seiring perkembangan jaman, Warga Long Bagun Ulu mulai meninggalkan lamin dengan mendirikan rumah sendiri – sendiri. padahal biasanya rumah yang terpisah dari lamin hanya pondok yang ada di kebun.

Salah satu acara yang dilangsungkan di Lamin Adat Long Bagun Ulu

menurut penuturan dari Avun Ingan, Kepala Adat Long Bagun Ulu masa terakhir warga mendiami lamin ini secara komunal pada saat kepemimpinan Hipui Liah Ding dimana Liah Ding sendiri merupakan pemimpin terakhir Long Bagun Ulu dengan gelar Hipui dan dia juga yang pertam kali berganti gelar menjadi kepala adat setelah kemerdekaan RI.

Avun Ingan juga memaparkan bahwa bangunan asli lamin ini sebenarnya sudah roboh, kemudian pada tahun 1984 kembali didirikan lamin ditempat yang sama dengan peralatan seadanya untuk membangun lamin yang semua pondasi bangunan dari satu batang pohon ulin dengan diamerter besar.

Pada Lamin wajib ada tiang yang dipercaya di diami oleh roh- roh penjaga kampung. Para roh penjaga kampung ini tidak boleh disebutkan namanya dan hanya diketahui oleh kepala adat dan merupakan rahasia kampung.

Selaain itu pada lamin juga wajib ada beduk yang berfungsi sebagai alak komunikasi warga yang sudah digunakan secara turun temurun. dalam penggunaanya setiap beduk memiliki bunyi yang berbeda disesuaikan dengan upacara dan kegiatan di kampung seperti Ritual Adat Dangai dan Ritual Adat Hud0q yang memiliki bunyi yang berbeda dalam menabuh beduk.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *