SEJARAH MASYARAKAT ADAT DAYAQ MUMUKNG

Oleh Radius (Komunitas Adat Dayaq Mumukng)

cropped-cropped-images-1-1.png

Kaltim.aman.or.id. Masyarakat Adat Dayaq Mumukng merupakan komunitas adat yang berada di Kampung Besiq, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dan memang wilayah Adat Masyarakat Adat Dayaq Mumukng secara administratif berada di kampung Besiq.

Kampung Besiq sendiri bisa ditempuh sekitar tujuh jam dengan menempuh jalur darat dari Samarinda yang merupakan Ibukota Provinsi Kaltim.

Menurut sejarah yang dipercaya Masyarakat Adat Dayaq Mumukng,  Suku ini merupakan keturunan dari Seniang Bumui (laki-laki) dan Sorokng (perempuann) yang masa itu kedua dewa ini yang menjelma menjadi manusia turun dari langit menempati hutan di hulu sungai Pahu. Kedua manusia tersebut turun dari langit membawa seekor buaya dan seekor ikan gabus, yang buaya tesebut dinamai Biayaq Bujir Bulau dan ikan gabusnya dinamai Ekokng Kawaq.

Dalam perjalanan kedua manusia tersebut menyusuri sungai di daerah hulu sungai Pahu dengan tujuan ingin menenggelamkan buaya dan ikan agar mereka bisa hidup tenteram. Ada banyak sungai dan teluk yang mereka lewati serta mencoba agar keduanya bisa meresa hidup damai dan tenteram namun belum juga kunjung dapat dan pada akhirnya dapat tempat untuk mereka berdiam dan merasa nyaman.

Seekor buaya yang tadinya sulit mendapatkan tempat tinggal yang nyaman baginya telah mendapatkan tempat yaitu di teluk siwo sehingga buaya tersebut diberi gelar Biayaq Bujir Bulau Leoq Siwo, dan ikan gabusnya juga dapat tempat untuk berdiam serta merasa nyaman yaitu di Ingkekng Karui (dekat riam Karui) disitulah ia mau menetap, ikan gabus ini juga dinamai Engkokng Kawaq Ingkekng Karui. Sertelah ikan dan buaya tersebut dapat menetap maka kedua dewa ini memulai hidup layaknya manusia biasa, dalam kehidupan sehari-hari mengambil makanan dari hutan seperti : umbut-umbut, umbi-umbian, berburu.

Kedua dewa ini juga mempunyai keturunan dengan bertambah banyaknya keturunan mereka, maka mulailah perbuatan-perbuatan yang tidak baik serta merusak tatanan sosial. Karena telah rusaknya tatanan sosial atas perbuatan para keturunan mereka berdua, pada suatu saat karena tidak lagi mampu melihat keduanya memutuskan untuk naik ke langit. Pasca ditinggal kedua dewa tersebut terjadilah wabah penyakit seperti : kudisan, rumah tangga banyak yang tidak tenteram, terjadi berbagai bencana alam, dan berbagai permasalahan yang terjadi. Karena begitu banyak kejadian yang menimpa anggota komunitas, maka para tokoh adat pada masa itu mengadakan upacara belian bekelew (gugu tahun) dengan maksud agar segala wabah penyakit dan permasalahan-permasalahan yang menimpa anggota komunitas tersebut dapat teratasi dan segala macam penyakit dapat sembuh. Setelah diadakannya upacara belian maka segala penyakit dan permasalahan yang menimpa komunitas berangsur-angsur membaik.

Masa kejayaan suku Dayaq Mumukng ada beberapa beberapa tokoh adat namun yang lebih terkenal adalah seorang perempuan bernama AUS sebutan hari-hari Taq Torokng (Nenek Torokng).  Pada masa AUS (Taq Torokng) membangun lamin di hulu sungai Pahatn adalah anak sungai Pahu, setelah itu ada beberapa Lamin (LOU) lagi dibuat karena adanya peperangan dari suku lain, maka anggota komunitas berpindah ke Kelompekng (nama daerah), setelah dari Kelompekng Pindah lagi ke Say Toba (nama daerah) setelah dari Say Toba berpindah lagi membuat lamin di Kejempokng (nama daerah), setelah sekian lama tinggal di Kejempokng berpindah lagi ke Ruayaq (nama daerah). Dari Ruayaq komunitas Dayaq Mumukng berpindah ke daerah suku Benuaq disebabkan oleh peperangan dengan suku-suku dari daerah Sungai Pariq (sekarang Kalimantan Tengah).

Di daerah Benuaq pertama-tama tinggal di Baruq (nama daerah) setelah itu berpindah lagi ke Manter Arekng dan Regikng (nama daerah), dari Manter Arekng dan Regikng pindah lagi ke Ojatn (nama daerah) dan yang lainnya membuat perladangan serta bertempat tinggal di Lenguq (nama daerah) tetapi tetap dalam daerah/wilayah adat suku Benuaq. Sekalipun komunitas Dayaq Mumukng bertempat tinggal di wilayah adat Benuaq namun tetap merawat hutan dan mencari kebutuhan hidup ke wilayah adat Dayaq Mumukng itu sendiri, seperti : mengambil madu apabila telah musimnya, mencari buah-buahan, berburu, berladang, mencari kulit binatang dan memotong rotan, mancari damar sebagai penghasilan.

Pada saat ini komunitas Dayaq Mumukng tersebar di Wilayah Adat Dayaq Benuaq terutama di kampung Besiq, kampung Besiq wilayah administrativenya (wilayah versi pemerintah)  terdapat dua komunitas yaitu Dayaq Benuaq dan Dayaq Mumukng. Di kampung lain terdapat juga komunitas Dayaq Mumukng, seperti : Bermai, Muara Nilik, Mantar, Cempedas, Mencimai, Jontai, dan beberapa kampung yang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *