Banjir Bukan Sekedar Hujan Tapi Rusaknya Ekosistem Di Hulu Sungai Adalah Penyebab Banjir Dan Sumber Berbagai Penyakit 

IMG-20170526-WA0017
Mobil dan motor berganti menjadi Ketinting (perahu motor) yang melintasi jalan di Tajung Selor saat banjir kian naik

Banjir Datang, Berbagai Penyakit Menyerang Warga Sekitar Sungai Kedang Pahu, Kutai Barat, Kaltim

Kaltim.aman.or.id Fenomena banjir yang melanda beberapa Wilayah Kaltim dan Kaltara dirasakan kian memprihatinkan dari waktu ke waktu dimana debit air kian naik dalam setiap banjir melanda setidaknya ini yang diresahkan Fatma, Warga Kampung Lambing di Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim yang rumahnya berada di sekitar Sungai Kedang Pahu “Sungai ini sendiri sudah  sudah tiga minggu meluap  lebih dan membuat rumah – rumah warga terendam banjir sehingga harus mengungsi ketempat yang lebih tinggi “kami terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih tinggi karena air semakin naik.”tegas Fatma.

Fatma fatma juga mengeluhkan kehadiran perkebunan – perkebunan raksasa terutaman perkebunan kelapa sawit yang menurutnya berkontribusi paling besar sebagai penyebab banjir “kami juga mulai merasakan penyakit yang aneh – aneh ketika banjir datang mungkin karena zat – zat kimia dari dari perusahaan yang masuk ke sungai. Banyak sekali dari kami yang menderita korengan, diare dan juga flu yang berkepanjangan.”keluhnya.

Hal senada juga diungkapkan Lusia dari Kampung Dingin, Kecamatan Muara Lawa, Kutai Barat, Kaltim yang juga dilalui Sungai Kedang Pahu. Menurut Lusia dahulu banjir yang terjadinya dikampungnya tidak sehebat sekarang dimana setiap banjir datang hingga menenggelamkan rumah. Lusia memperkirakan Kehadiran perusahaan pertambangan yang beroperasi sekitar tahun 2007 – 2008 ditambah lahi kehadiran perkebunan kelapa sawit dalam skala besar yang membabat habis kayu – kayu besar di hutan yang merupakan serapan air di wilayah ini adalah penyebab utama banjir yang disebutnya sebagai banjir gila. Hingga sekarang banjir menjadi bencana kerap dialami warga hingga tiap tahun pada musim penghujan. Selain dampak kesehatan yang terutama sering menyerang perempuan dan anak – anak, Lusia juga mengungkapkan bahwa banjir juga menyebabkan perekonomian warga lumpuh “banjir menenggelamkan habis tanaman masyarakat sehingga gagal untuk dipanen.”cetus Lusia.

Lusia juga menambahkan bahwa sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah dalam meringankan beban korban banjir yang ada di wilayah ini, bantuan sendiri justru muncul dari organisasi non pemerintah yang lebih sigap memberikan bantuan saat terjadi banjir.

IMG-20170523-WA0040
Bantuan dari posko peduli banjir dari lembaga non pemerintah

Kerusakan lingkungan sebagai penyebab banjir hingga membawa berbagai penyakit ini juga ditegakaskan kembali oleh Valentina yang sehari – hari bekerja sebagai tim kesehatan di Puskesmas UPT Kampung Dinging “Lubang – lubang bekas tambang itu bagaimanapun juga harus ditutup. Kalau saya perhatikan, Lubang – lubang tambang ini ketika hujan meluap, kalau bisa dijamin tanggul yang mereka buat itu aman tapi pada saat hujan yang tidak bisa diprediksi begini akhirnya tanggul ini jebol dan kami dapat banjir kiriman sedangkan kita tidak tahu apa yang terkandung didalam air tergenang pada lubang – lubang tambang ini hingga warga yang mengalami berbagai macam penyakit salah satunya penyakit kulit yang memang sering dialami warga, selain itu warga juga terutama perempuan ada beberapa yang menderita kangker payudara, tercatat dalam bulan ini sudah empat orang warga di wilayah kami yang menderita kangker payudara.”Papar Valentina. Dengan kerusakan lingkungan yang kian parah ini Valentina berharap agar pemerintah lebih memperhatikan ijin – ijin perusahaan yang masuk baik Ijin Pertambangan maupun ijin Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit. harus diperhatikan proses beroperasinya perusahaan mulai awal hingga berjalannya aktivitas terutama dalam mengelola limbah agar tidak membuat masyarakat menjadi korban.

Sungai Kayan Meluap Rumah Warga Dilahap

Banjir yang tak henti – hentinya ini juga dikeluhkan Warga Sungai Kayan di Kalimantan Utara, selain lelahnya berpindah tempat ke tempat yang lebih aman, hasil pertanian merekapun habis terendam banjir. Dari buah – buahan hingga sayur – sayuran menurun drastis hasilnya ungkap beberapa warga disekitar Sungai Kayan seperti yang dialami warga di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, Kaltara yang memang sejak lama bergantung dari hasil kebun dan sayur – sayuran. Ini yang dipaparkan oleh Yohanes Lihiu, salah satu warga Desa Long beluah “Kedatangan banjir ini memberikan dampak kerugian secara ekonomi (hutang). Setidaknya pemerintah perlu mengkaji kembali penerbitan ijin HPH dan perkebunan serta meninjau kembali lokasi agar dapat menetralisir dapat yang timbul akibat penggusuran pembukaan lahan perkebunan dan penebang pohon pada RKT.”Tegas Yohanes. Yohanes juga menambahkan bahwa sebenarnya banyak masyarakat malah berharap pemerintah mengurangi atau meniadakan perusahaan – perusahaan yang sistem dan kerjanya dengan menebang dan menggusur karena ini adalah penyebab utama rentannya bencana banjir seperti yang sering dialami warga di Long Beluah.

IMG_20170522_110826 (1)
Jalan dan rumah – rumah mulai tenggelam di Desa Long Beluah

Selain itu menurut Yohanes Lihiu keluhan – keluhan terkait banjir yang menjadi status terheboh dan meledak di media sosial (Facebook) bisa direspon oleh pemerintah dalam hal ini oleh dinas terkait yang mestinya tanggap untuk mendorong keluh kesah masyarakat di wilayah kerjanya untuk dapat sesegera mungkin dipertimbangkan. Sebagian juga menyuarakan harapan mereka kepada wakilnya di legislatif, bukan sekedar menuntut janji akan tetapi kesadaran dalam hal kebijakan dan perlindungan.

Banjir yang terjadi di Hulu Sungai Kayan otomatis juga terjadi pada daerah hilirnya, tidak terkuecuali  Tanjung Selor yang menjadi Ibu Kota Provinsi Kaltara. Banjir yang juga sempat  dialami warga di Tanjung Selor benar – menenggelamkan rumah dan jalan raya hingga menyulitkan warga beraktivitas karena jalan di beberapa sudut kota tergenang air.

IMG-20170526-WA0013
Salah satu ruas jalan di Tanjung Selor yang terendam banjir

Deny Nestafa warga Tanjung Selor mengungkapkan banjir seperti ini jelas bukan semata karna hujan, menurutnya rusaknya ekosistem adalah masalah utama banjir yang kerap terjadi di wilayah ini “Ekosistem air atau ekosistem Sungai yang ada di Sungai Kayang sudah tidak sebaik dulu lagi dengan hadirnya perusahaan – perusahaan yang beroperasi di hulu Sungai Kayan ditambah lagi adanya rencana pembangunan PLTA di Sungai Kayan.”Ungkap Deny.  Deny juga menambahkan perencanaan pembangunan Kota Tanjung Selor yang tidak terkonsep juga berkontribusi sebagai penyumbang banjir.

Bencana banjir yang kerap melanda di beberapa wilayah Kaltim dan Kaltara harus ditangani lebih lebih serius oleh pemerintah . Perlu dilakukan rehabilitasi hutan serta perbaikan manajemen hutan untuk mengatasi banjir. membatasi dan mengurangi ijin – ijin perusahaan yang akan masuk juga perlu dilakukan mengingat banjir seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi saat hutan sebagai daerah serapan air masih lestari.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *